Penyihir Mulyono

Berikut ini hasil tugas mahasiswa Unesa, tantangan menulis fiksi dengan topik Keluarga Mulyono, penulis atas nama Rachmad Juniardi Nur Abni , Kelas : PBSI 2023E, NIM :23020074205
Penyihir Ternama dan Rendah Bagas Mulyono
Di negeri Eldaria yang penuh dengan keajaiban, terdapat sebuah keluarga bangsawan penyihir yang namanya telah dikenal luas: keluarga “Mulyono”. Meski berasal dari kalangan bangsawan, keluarga ini berbeda dari kebanyakan. Mereka bukanlah keluarga yang tamak atau haus kekuasaan. Sebaliknya, keluarga Mulyono selalu dikenal karena kebijaksanaan, kerendahan hati, dan kekuatan magis luar biasa yang digunakan untuk kebaikan.
Di antara mereka, penyihir paling ternama dan kuat adalah “Bagas Mulyono”. Bagas, putra sulung dari keluarga Mulyono, memiliki kekuatan magis yang tak tertandingi. Dia mampu mengendalikan unsur-unsur alam, menyembuhkan penyakit yang tak terobati, dan memanipulasi waktu. Meski begitu, Bagas selalu menggunakan kekuatannya dengan penuh kehati-hatian. Bagi Bagas, kekuatan bukanlah alat untuk menguasai, melainkan untuk membantu sesama.
Suatu ketika, Eldaria dilanda bencana alam dahsyat. Gunung berapi di perbatasan kerajaan meletus, dan sungai-sungai meluap membanjiri desa-desa di lembah. Banyak penyihir dari berbagai kerajaan berusaha menenangkan alam, tapi tidak ada yang berhasil. Warga mulai kehilangan harapan, kecuali mereka yang mengenal keluarga Mulyono.
Bagas, yang sedang bersemedi di puncak Gunung Parang, mendengar panggilan alam. "Saatnya membantu," bisik angin kepada Bagas. Tanpa ragu, ia turun dari gunung dan menuju desa yang paling parah terkena dampaknya. Di sana, ia melihat ribuan orang yang terluka dan kehilangan rumah.
Tidak ingin menjadi pusat perhatian, Bagas menyusup ke tengah-tengah kerumunan dengan pakaian sederhana, seperti warga biasa. Dengan tenang, ia mengangkat tangannya ke langit, mengucapkan mantra kuno yang hanya diketahui oleh sedikit penyihir terpilih. Awan hitam mulai memudar, hujan deras berhenti, dan banjir perlahan-lahan surut. Orang-orang mulai terkejut melihat perubahan mendadak itu.
Namun, yang membuat mereka lebih terkejut adalah saat mereka melihat siapa yang melakukannya. "Itu Bagas Mulyono! Penyihir besar dari keluarga Mulyono!" seru seseorang. Meski demikian, Bagas tidak menginginkan pujian. Ia hanya tersenyum dan berkata, "Ini bukan kekuatanku sendiri, tapi kekuatan alam yang sudah sepatutnya kita hormati."
Penduduk desa kagum pada kebaikan dan kerendahan hatinya. Bagas tidak tinggal untuk menerima sanjungan. Sebaliknya, setelah memastikan semuanya aman, dia kembali menghilang di antara kerumunan dan pergi tanpa jejak, seperti angin yang menyapa lembut.
Bagi Bagas, kekuatan sejati tidak hanya tentang mengalahkan musuh atau menundukkan dunia, tetapi tentang menjaga keseimbangan dan memberikan pertolongan saat dibutuhkan. Itulah prinsip keluarga Mulyono yang telah diwariskan turun-temurun, dan Bagas menjalankannya dengan penuh kebijaksanaan. Di setiap sudut Eldaria, namanya dikenal bukan karena kekuatan magisnya yang luar biasa, tapi karena hatinya yang selalu rendah hati.
Dan itulah mengapa, di seluruh negeri, keluarga Mulyono selalu dihormati — bukan sebagai penguasa, tetapi sebagai pelindung yang lembut dan bijaksana.